LAMPUNG, LAMPUNGUPDATE.COM - Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengatakan, pemerintah pusat bersama Pemerintah Provinsi Lampung secara maraton membahas penetapan harga dasar singkong. Meski belum menyebutkan harga, pemerintah menggodok skema harga agar tak merugikan petani.
“Bapak presiden minta jangan biarkan petani rugi. Kalau petani untung pasti mereka berproduksi. Mengenai harga singkong regulasinya diatur bersama Menteri Perdagangan. Kita harus membahas ini dan menunjukkan hasil positif,” kata Andi Amran Sulaiman, pada pada panen raya padi di Desa Mandalasari, Mataram Baru, Lampung Timur (Lamtim), Lampung, Jumat.
Saat ini, kata dia, harga singkong di tingkat petani belum beranjak naik dari kisaran Rp500-Rp600/kg dari sebelumnya yang pernah menyentuh level Rp2.000/kg. Penentuan harga singkong, kata Mentan, akan ditetapkan melalui Peraturan Presiden (Perpres) seperti halna harga dasar jagung pipilan kering Rp3.150/kg.
Dia mencontohkan, dulu jagung impor 3,6 juta sekarang 0 karena ditata baik. Demikian juga bawang yang dulu impor sekarang ekspor ke enam negara. "Insya Allah singkong juga. Kami rapat maraton dengan Menteri Perdagangan membahas masalah ini," kata Mentan.
Pada kunjungan ini, Kementerian Pertanian menggelontorkan bantuan traktor tangan, traktor roda empat, corn combine (mesin pemanen jagung), conbine harvester (mesin pemanen padi), rice transplanter, dan pompa air. Selain itu, 12 ribu benih jagung untuk 12 hektare lahan pertanian.
Menurut Mentan, Indonesia bersyukur karena beberapa komuditas strategis tidak perlu impor lagi dan bisa swasembada beras, jagung, bawang, dan cabe dari luar. "Kita berhasil tunjukkan pada dunia petani mampu mencukupi pangan penduduk Indonesia. Sejak Agustus 2017 sampai sekarang tidak ada impor. Namun tidak boleh puas karena masih ada komoditas lain yang akan dikejar," ujar
Pemerintah menerima lima Menteri Pertanian dari berbagai negara untuk belajar sistem pertanian nol impor. “Kami tahu apa keinginan petani. Beri kesempatan rakyat untung maka impor tidak akan terjadi lagi. Target ke depan pada 2045 Indonesia menjadi lumbung pangan dunia,” kata Amran.
Pada panen raya tersebut, Mentan juga memuji Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo karena gesit menangani pertanian dan kesejahteraan petani. Gubernur Ridho mendukung penuh Upaya Khusus Padi Jagung dan Kedelai (Pajale) Kementerian Pertanian dalam meningkatan produksi padi.
Dukungan itu, kata Sutono, dengan membentuk Tim Percepatan Pembangunan Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan (TP4K) dan mengaktifkan kembali Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) yang sempat mati suri.
Dukungan lainnya, Gubernur Ridho memperbaiki irigasi dan saluran irigasi dengan target mantap 90% di akhir 2017. Dukungan ini membuat produksi padi dan jagung Lampung terus naik setiap tahun.
“Produksi padi pada 2015 mencapai 3.64 juta ton gabah kering giling (GKG), naik menjadi 4.02 juta ton GKG pada 2016 dan di 2017 sebesar 4,45 juta ton GKG," kata Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Sutono.
“Gubernur Ridho Ficardo berharap dengan memfasilitasi anggaran yang dialokasikan ke seluruh kabupaten/kota dimanfaatkan optimal untuk mendukung Upsus Pajale melalui program perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya sehingga sasaran produksi dapat tercapai,” ujar Sutono yang juga Ketua Dewan Perhimpunan Penyuluh Pertanian (Perhiptani) Provinsi Lampung itu.
Arah pembangunan pertanian di Lampung Timur, menurut Bupati Chusnunia Chalim adalah mempertahankan swasembada beras berkelanjutan, diversifikasi, peningkatan kualitas produk pertanian dan kesejahteraan petani.
“Panen raya ini sangat penting dalam upaya memacu produktivitas dan produksi pangan nasional sehingga tujuan pembangunan pertanian yaitu meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan petani,” kata Nunik, panggilan akrabnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar