SUMSEL, LAMPUNGUPDATE.COM - Karena disebabkan beberapa persoalan yang terjadi secara bersamaan, sejumlah kapal pengangkut kontiner terpaksa harus antre bersandar di Pelabuhan Boom Baru Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) sejak Jumat hingga Minggu.
"Benar ada alat yang rusak, tapi sebenarnya ada faktor lain, ada kenaikan volume barang dan kebetulan juga sedang ada perbaikan juga di pelabuhan," kata General Manager PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II cabang Palembang, Agus Hendrianto, di Palembang, Minggu.
Agus Hendrianto menjelaskan, saat ini perusahaan sedang berupaya memperbaiki kerusakan alat bongkar muat jenis rail mounted gantry crane (RMGC) dan satu unit container crane (CC). Khusus RMGC, perusahaan sedang memburu spare part-nya di dalam dan luar negeri.
"Yang benar-benar rusak itu hanya RMGC, sedangkan CC bisa dikatakan hanya batuk-batuk saja. Perlu dikondisikan sebentar, karena jika terus dipakai bisa jebol," kata Agus.
Terkait ini, ia mengharapkan para konsumen Pelabuhan Boom Baru untuk bersabar karena situasi sedang berusaha dikendalikan perusahaan. Perusahaan mengaransi bahwa semua persoalan ini akan tuntas pada akhir Desember 2017.
Bahkan, Agus sebagai pimpinan tertinggi di Pelindo II akan melakukan langkah tak biasa, yakni berencana memanfaatkan areal parkir untuk menumpukkan kontiner bongkar muat.
Hal ini terkait juga dengan besaran rasio antara luas areal pelabuhan dengan banyaknya kontiner yang hampir melewati batas ambang yakni 50 persen, sementara persentase 60 merupakan batas akhir.
"Jika sudah mendesak, saya terpaksa melakukan diskresi. Singkatnya begini, setiap meter persegi tanah di pelabuhan akan digunakan. Bisa jadi lapangan parkir akan saya manfaatkan," kata dia.
Berdasarkan data Pelindo II diketahui terjadi lonjakan volume barang hingga 25 persen per Oktober 2017 jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kondisi ini disebabkan meningkatkan kegiatan ekonomi di Palembang menyusul pembanguan sejumlah proyek strategis nasional, di antaranya Light Rail Transit, Jalan Tol Palindra, Jembatan Musi IV dan Jembatan Musi VI.
Khusus untuk kebutuhan LRT seperti tiang pancang, rel kereta api, Agus mengungkapkan telah menyerap hingga 25 persen dari total volume barang yang masuk ke pelabuhan.
Sementara di sisi lain, Pelabuhan Boom Baru sebagai satu dari dua pelabuhan sungai di Indonesia memiliki sejumlah keterbatasan karena hanya memiliki panjang dermaga 750 meter, atau maksimal hanya mampu untuk tiga kapal ukuran panjang 200 meter yang bersandar.
Pelabuhan ini berada di tengah kota, sehingga cukup menjengkelkan bagi kalangan pelaku logistik mengingat adanya aturan jam untuk kendaraan truk kontainer melintas di jalan raya.
"Jadi bisa dibayangkan bagaimana alat-alat ini bekerja, dan kondisi eksternal dan internal yang terjadi saat ini. Bukan hanya alat yang dipaksa kerja keras, kami pun begitu," ujar Agus. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar